Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) adalah pendekatan holistik untuk proses belajar yang fokus pada pengembangan peserta didik secara menyeluruh melalui pengembangan olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga, agar proses belajar menjadi berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
Pendekatan ini bertujuan membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki integritas, empati, dan keterampilan yang relevan untuk abad ke-21, dengan siswa sebagai pusat dari proses pembelajaran aktif.
1. Berkesadaran:
Peserta didik belajar dengan kesadaran penuh terhadap tujuan dan prosesnya, ditandai dengan fokus, konsentrasi, serta kemampuan untuk menentukan pilihan dan mengembangkan strategi belajar sendiri.
2. Bermakna:
Proses belajar dikaitkan dengan pengalaman nyata dan kontekstual, sehingga peserta didik memahami relevansi materi pelajaran dan dapat menerapkan konsep dalam situasi yang berbeda.
3. Menggembirakan:
Lingkungan belajar dirancang untuk memunculkan emosi positif seperti rasa ingin tahu, semangat, dan motivasi, sehingga siswa merasa nyaman dan antusias dalam proses belajar.
a. Holistik:
Mengembangkan potensi peserta didik secara terpadu melalui olah pikir, hati, rasa, dan raga.
b. Berpusat pada Peserta Didik:
Peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran, diberi kesempatan untuk berpartisipasi, dan menjadi pusat dari proses belajar.
c. Pengembangan Keterampilan Abad 21:
Tidak hanya berfokus pada kecerdasan akademik, tetapi juga membentuk integritas, empati, dan keterampilan lain yang dibutuhkan di masa depan.
d. Keterkaitan dengan Pengalaman Nyata:
Pembelajaran dikaitkan dengan pengalaman nyata dan kehidupan sehari-hari, agar materi menjadi lebih bermakna.
e. Mendorong Berpikir Kritis:
Peserta didik diajak untuk berpikir kritis, menganalisis, dan menerapkan konsep dalam berbagai situasi.
Dalam paparannya, pemateri menjelaskan bahwa pembelajaran mendalam tidak hanya menekankan pada capaian akademik, tetapi juga mengasah kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif. Konsep ini sejalan dengan Higher Order Thinking Skills (HOTs), yang mendorong siswa agar mampu menghubungkan pengetahuan dengan kehidupan nyata.
Selain itu, disampaikan juga bahwa asesmen dalam pembelajaran mendalam harus dilakukan secara formatif dan sumatif. Asesmen formatif bertujuan memberikan umpan balik selama proses pembelajaran, sementara asesmen sumatif menilai ketercapaian hasil belajar secara menyeluruh. Hal ini sesuai dengan prinsip penilaian yang berkeadilan, objektif, dan edukatif sebagaimana tertuang dalam Permendikbud No. 21 Tahun 2022.
Menariknya, sebelum masuk ke sesi materi, para guru diajak untuk melakukan ice breaking. Dengan gerakan sederhana dan penuh keceriaan, suasana kelas menjadi lebih hidup. Aktivitas ini bertujuan agar peserta lebih rileks dan siap menerima materi dengan pikiran segar.
Kegiatan ice breaking ini menjadi momen penting, karena mampu mencairkan suasana dan meningkatkan kekompakan antar peserta.
Pada sesi inti, para pemateri menjelaskan strategi penerapan asesmen dalam pembelajaran mendalam, mulai dari observasi, penilaian proyek, hingga penilaian diri. Diskusi berjalan interaktif, di mana para guru berbagi pengalaman dalam menerapkan asesmen di kelas masing-masing.
Selain itu, ditampilkan juga kutipan inspiratif dari Prof. Abdul Mu’ti tentang Growth Mindset: “Kalau orang berpikir dengan Growth Mindset maka dia yakin masalah yang hanya sedikit itu jalan keluarnya banyak. Karena itu jangan menyerah, jangan putus asa, yakinlah ada jalan keluarnya.”
Kegiatan diseminasi ini memberikan wawasan baru bagi para pendidik untuk mengembangkan asesmen dan strategi pembelajaran yang lebih bermakna. Dengan model pembelajaran mendalam, diharapkan guru dapat membantu siswa mencapai pemahaman yang lebih kompleks, tidak hanya sekadar mengingat, tetapi juga mampu menghubungkan, merefleksikan, dan mencipta.
Semangat kolaborasi, keterbukaan untuk berinovasi, dan komitmen dalam meningkatkan kualitas pendidikan menjadi kunci utama dalam keberhasilan penerapan model pembelajaran mendalam ini.